Senin, 30 April 2012

Sahabat dan Kenangan Manis

Hmm... Satu kata yang terdengar begitu khusus, dan nggak sembarangan memasukkan seseorang dalam kategori ini. Seenggaknya itu menurut gue. Sejak SD sampai SMP, gue nggak pernah punya sahabat. Gue nggak percaya sahabat. Meski beberapa kali punya geng, gue nggak pernah menganggap mereka sahabat yang benar-benar sahabat. Hanya teman. Teman dekat. Meski sangat dekat, gue nggak bilang itu persahabatan. Jadi ya.... hanya sebatas itu.

Hingga pada akhirnya saat itu gue mengenal dan percaya yang dinamakan sahabat. Dan sejujurnya gue nggak pernah tahu saat itu kapan dan bagaimana bisa terjadi. Seluruhnya muncul dan tersusun begitu aja tanpa disadari.

Entah bagaimana caranya, dan entah bagaimana ceritanya, kami bersahabat hingga sekarang. Sudah sejak lama terhitung dari sebelum melepaskan seragam putih-biru. Bukannya gue lupa bagaimana pertemuan kami, hanya saja, persahabatan kami melewati banyak peristiwa yang akan menghabiskan banyak waktu untuk menceritakannya.

Sahabat menurut pandangan gue sendiri sebenernya nggak bisa diungkapkan dengan kalimat apapun. Kehadirannya begitu berarti, begitu dekat, tapi gue nggak bisa mendeskripsikannya.

Tertawa bersama, menggalau bersama, susah bersama, senang bersama, makan-dengan-sistem-seleksi-alam bersama, dan semuanya kita lakukan bersama sampai sekarang.

Ada satu yang nggak akan pernah luput dari ingatan gue tentang kami: persahabatan yang memakan kurang-lebih tiga tahun lewat jejaring sosial, sampai akhirnya pada tahun 2011 kami sama-sama lulus dan bertemu di suatu Mall kawasan Bekasi.

Saat ini, seenggaknya kita udah bersahabat selama 4 tahun. Banyak hal yang telah kami lakukan bersama. Dan kenangan yang paling manis untuk gue adalah ketika pergantian tahun baru 2012. Kami dan dua orang teman menghabiskan waktu kami di Monas. Datang jam 7 malam dan pulang jam 6 pagi. Kami bermalam disana, menikmati malam yang sangat menyenangkan sampai pagi. Dan sebenernya kami nggak bener-bener pulang pagi itu, soalnya kami mampir ke sevel terdekat untuk sekedar ngopi dan membeli cemilan.

Malam tahun baru yang begitu mengesankan menurut gue. Melihat kembang api yang terus-menerus bermunculan di langit, tiarap ketika sisa-sisa kembang api itu berjatuhan tepat di atas kepala kami, berteriak-teriak histeris menyambut pergantian tahun, tidur di atas tikar bersama, mengobrol saat hari masih malam, bercanda-canda sampai membangunkan pasangan-pasangan yang lagi tidur di sekitar kami,... dan... entahlah... Banyak hal yang terjadi saat itu.

Diantara kami, sebenernya umur gue yang paling tua. Tapi gue adalah yang paling manja dan paling egois. Dan gue bersyukur, mereka menerima itu semua dan bahkan mereka benar-benar memanjakan gue seakan-akan gue adalah anak-anak berumur 7 tahun.

Marsu dan Ferry adalah dua orang yang berbeda, dengan karakteristik yang berbeda juga dengan pola pikir yang berbeda. Marsu adalah orang yang aktif, banyak bicara, banyak berkomentar. Sedangkan Ferry, dia adalah orang yang tenang, pandai berbicara meski nggak banyak bicara, lebih memilih diam saat gue dan Marsu berdebat atau dia akan menengahkan kami dengan usulannya. Tapi ada beberapa kesamaan dari mereka: pengertian, terbuka dan apa adanya. Itu yang membuat mereka istimewa.

Sahabat, selama kita masih bernafas, selama itu juga persahabatan kita akan terus ada. Gue membutuhkan kalian lebih dari segalanya. Berjanjilah untuk selalu ada.