Jumat, 02 Maret 2012

Sepasang Bayangan

Langit gelap yang terlihat sejak tadi pagi akhirnya turun menjadi hujan lebat. Tepat saat pemilik nama lengkap Charmelita Canny tiba di tempat pertemuannya dengan Bintang. Bintang telah sampai di PIM lebih dahulu. Dia tidak ingin membuat Canny menunggu. Canny yang baru sampai, celingak-celingukan mencari Bintang.
"Canny!!" Panggil Bintang beberapa meter dari arah samping kiri Canny berdiri. Tapi Canny tidak mendengar panggilannya. Dia rasa percuma. Bintang harus mendekati Canny.
"Ah sakit!" Canny merasa sedikit kesakitan begitu rambutnya dijambak oleh seseorang dari belakang. Begitu dia menoleh... "Ih, kamu mah jahat banget! Masa aku dijambak!"
Mata usil dan lidah terjulur terlihat di wajah Bintang. "Ya, abisnya kamu bolot sih! Kalo di mall, copot dulu dong earphonenya!" Kata Bintang seraya melepas earphone yang sedang dipakai Canny.
"Eh kita sekarang mau ngapain?" Tanya Canny pada Bintang yang sedang mengetik sesuatu di handphonenya. Bintang seperti tidak mendengar Canny. Canny yang kesal lalu bertanya lagi, "Bintang, kita mau kemana?"
"Eh..." Bintang tersadar. "Kita makan aja yuk! Mau?"
"Ya udah." Canny mengangguk. Seperti ada yang aneh pada sikap pacarnya itu. "Kamu tadi SMS ke siapa?"
"Ke temen. Kenapa?"
"Nggak apa-apa, kok. Yuk!"

***

Hujan sudah reda saat Canny dan Bintang berjalan keluar untuk pulang. Bintang memberikan satu helm yang dibawanya untuk dipakai Canny. Tapi mereka tidak benar-benar pulang. Bintang mengajak Canny ke sebuah taman di perumahan yang tak jauh dari tempat tinggal Canny.
Begitu sampai di taman itu, Bintang tersenyum hangat. Diam-diam Canny melirik Bintang yang sedang mengaca di kaca spion motornya. Cowok itu merapikan rambutnya yang selama puluhan menit terbungkus helm. Canny memandang wajah Bintang dari samping. Hidungnya yang mancung ramping tampak sempurna.
"Kenapa?" Bintang kebingungan melihat pacarnya melongo seperi itu. Canny langsung terkejut, ternyata Bintang sadar kalau dia sedang diperhatikan. Bintang bertanya lagi, "Rambut aku masih berantakkan?"
"Nggak. Nggak kok. Udah rapi." Canny jadi salah tingkah. "Eh kok kita kesini?"
"Emang kenapa? Kan aku waktu itu pernah bilang mau ngajak kamu ke tempat yang paling aku suka."
"Tamannya bagus. Aku nggak tahu kalau kamu suka tempat kayak begini. Aku pikir kamu sukanya tempat-tempat kayak lapangan olahraga gitu. Hehe."
"Canny, kamu duduk disini dulu ya sebentar. Nanti aku kesini lagi." Ucap Bintang tiba-tiba.
"Kamu mau kemana?" Tanya Canny.
Bintang belum menjawab pertanyaan Canny. Dia sudah berjalan ke arah ujung taman. Menghilang diantara pohon-pohon hias sekitar taman. Canny duduk sendirian di bangku taman, sampai akhirnya setangkai bunga mawar tiba-tiba ada di hadapannya hingga membuatnya terkejut. Canny menoleh ke belakang. "Ih kamu ngagetin!" Bintang berdiri di belakang bangku Canny. Cowok itu tersenyum.
Cowok itu langsung duduk di sebelah Canny. Dia memberikan setangkai mawar merah itu pada Canny. "Ini untuk kamu." Lagi-lagi Bintang tersenyum.
"Makasih ya." Canny terlihat bahagia saat itu. Tapi ia merasa ada yang aneh. "Ngomong-ngomong kamu dapet darimana bunga ini?"
Bintang pura-pura berpikir. Lalu dengan wajah sok' polos, dia menunjuk sebuah rumah di ujung taman. "Aku ngambil disana. Hehe..."
"Kamu nyolong?" Canny menatap Bintang dengan tatapan yang awas-nanti-aku-kelitikin-kamu-sampai-mati.
Bintang tertawa. "Iya sih. Habis bunganya bagus. Cantik. Kayak kamu."
Canny mencubit pinggang Bintang. "Ih parah nih. Tapi makasih ya, sayang." Kemudian dia mencium kelopak mawar itu.
"Wangi?" Bintang belum sempat mencium aroma bunga itu.
Cewek yang memakai seragam putih abu-abu itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak juga, sih. Eh kita kapan ketemu lagi?"
Diperhatikannya wajah cewek itu lekat-lekat. Terbesit rasa bersalah dari dalam diri Bintang. "Aku nggak tahu. Mungkin minggu depan." Akhir-akhir ini memang dia sibuk sekali. Terlebih lagi sejak kuliahnya masuk semester 2.
"Ya udah nggak apa-apa kok." Senyum tulus terlihat dalam wajah Canny. Canny tak pernah memaksa Bintang untuk terus bisa bertemu dengannya terus. Dia mengerti betul kesibukan pacarnya.

***

Canny mengangkat wajah, membuka mata dan memandang sekeliling kamar tidurnya seakan mengharap melihat sesuatu yang luar biasa. Tak jauh di dekatnya, sebuah foto tergeletak. Canny sedang melihatnya sebelum dia tertidur. Segera saja suara Bintang memenuhi kepalanya. Lirih dan pilu.
"Canny, maaf ya. Soalnya aku bikin kamu sedih terus. Aku juga jarang ada untuk kamu. Aku juga nggak pernah ngenalin kamu ke temen-temen aku. Tapi itu nggak berarti aku mainin kamu doang. Kamu percaya kan kalo aku tulus sayang sama kamu?"
Canny melompat bangun dari tempat tidurnya, beranjak ke meja belajarnya dan duduk. Diletakkannya foto Bintang yang dia lihat sebelum tidur. Dia raih sebuah novel kesayangannya, Fairish-nya Esti Kinasih. Kalau dihitung-hitung, mungkin dia sudah membacanya sebanyak 20 kali. Kali ini dia hanya membuka-buka tiap lembarnya, sama sekali tidak membacanya, kemudian dia berjalan ke tempat tidurnya. Diapun terlelap tidur.

***

Dengan perut yang kelaparan, Canny bangun pagi-pagi sekali. Begitu keluar kamar, dia langsung menuju ruang makan. Canny berharap menemukan makanan yang bisa dimakan.
"Waowww..." Canny terkejut ketika meja makan telah terhidang beberapa menu makanan yang bisa ia makan untuk sarapan pagi kali ini.
"Mama bangun subuh untuk membuat itu semua, lho." Ucap Mama Canny yang tiba-tiba muncul dari dapur.
Canny pun menoleh ke arah Mamanya. Pagi-pagi begini Mamanya sudah rapi. "Mama mau kemana Sabtu pagi gini?"
Belum sempat Mamanya menjawab pertanyaan Canny, sebuah mobil teman kantornya sudah tiba. Mama Canny jadi terlihat makin tergesa-gesa. Setelah mencium pipi anaknya, dia cepat-cepat keluar. Tidak lupa memberi pesan, "Dimakan ya sayang! Mama pergi dulu. Ada acara di Bandung."
Canny tidak bertanya apa-apa lagi. Kejadian seperti ini menurutnya sudah biasa. Bahkan sebelum Mama dan Papanya bercerai.

***

Baru saja Canny selesai mandi dan ingin menonton tv, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Canny hafal sekali suara ini. Terlebih ketika pintu mobil itu ditutup dengan bantingan.
"Canny! Canny.....!!" Orang itu memanggil Canny dari luar pagar. Dengan ogah-ogahan, Canny membukakan pintu pagar.
Cowok ganteng, tinggi, putih, berambut coklat model spike, berkuku lentik, juga gigi khasnya yang berbehel, berdiri di depan pagar rumah Canny sambil tersenyum lebar. "Ih lo lama banget sih ngebukainnya!"
Canny menatap sebal ke cowok yang ada di hadapannya ini. Cowok ini bernama Danar. Danar adalah salah satu teman dekat Canny di kelas. Danar termasuk dalam kategori junior yang dipuja-puja kakak-kakak kelas yang cewek. Danar selalu kelihatan imut dengan gaya childish dan suara cadelnya.
"Kok lo nggak nyuruh gue masuk, Can? Tanya gue dong, gue kesini mau ngapain, gitu!?"
"Males! Lo pasti mau ganggu gue! Lo kalo kesini kenapa pas banget Mama gue masak makanan enak, sih?"
Mata Danar terlihat berbinar-binar. Sepertinya dengan menyebutkan kata "makanan", dia semakin bersemangat. "Gue nggak mau ganggu. Gue cuma mau cerita kalo..." Danar terdiam sejenak. Wajahnya terlihat malu-malu.
"Kenapa? Lo dicolek oom-oom senang?"
"Ih nggak, lah!"
"Terus?"
"Gue jadian sama anak 10-D, Can."
"Daniar yang mobilnya lo tabrak di parkiran sekolah? Yang waktu itu nangis-nangis pas MOS? Hahaha......" Canny tertawa geli sekali. Bagaimana bisa hal ini terjadi. Childish ketemu childish.
"Nah hari ini sesuai janji gue beberapa hari lalu, gue mau traktir lo belanja dan makan nanti sore."

***

Malam itu ternyata Starbucks gedung Tempo Scan Tower Rasuna Said ramai sekali. Beruntung, masih ada tempat kosong untuk mereka.
"Mau minum apa, Can?" Tanya Danar ketika Canny baru duduk di bangkunya.
"Gue nggak ngerti, Nar. Terserah lo aja, deh. Yang penting enak."
Danar berjalan menuju kasir. Dalam lima menit dia kembali sambil membawa dua buah piring yang masing-masing berisi Raspberry Temptation dan Blueberry Cream Cheese Cake. Lalu dia kembali lagi untuk mengambil Guatemala Casi Cielo dan Cranberry White Chocolate Mocha yang baru selesai dibuat.
Setelah mengisi perut dan puas mengobrol, Canny mengajak Danar untuk pulang. Canny khawatir Mamanya sendirian di rumah.

***

Mama Canny ternyata mencoba menelepon Canny ketika tadi berada di dalam mobil Danar tadi. Satu SMS pun masuk ke nomor Canny. Disitu hanya tertulis bahwa Mamanya tidak akan pulang malam ini. Canny lalu mengecek sent di pesannya. Sudah sejam yang lalu dia mengirim SMS ke Bintang, tapi sampai sekarang belum dibalas juga.
Baru saja Canny membuka selimutnya, Bintang menelepon. Canny pun segera menekan tombol call berwarna hijau di handphonenya itu. Tak lama pun Canny berlari keluar kamar.
"Bintang, kamu ngapain kesini malem-malem?" Tanya Canny seraya membuka pintu pagar untuk pacarnya. "Yuk, masuk dulu."
"Nggak, Can. Aku mau kamu ikut aku sekarang."
Canny malah kebingungan. Tidak pernah sekalipun Bintang mengajaknya keluar jam setengah 12 malam. "Tapi...mau kemana?"

***

"Oh God..." Canny begitu terpesona melihat taman yang kemarin ia kunjungi bersama Bintang. "Kalo siang biasa aja, tapi kalo malem bisa keren begini ya..?"
Bintang hanya tersenyum melihat Canny menikmati indahnya malam di taman itu. Satu lampu taman meredup.
"Canny pernah denger lagu ini nggak?" Bintang menarik nafas, kemudian dia bernyanyi, "Di gelap malam kita sepasang bayangan.. Tapi cinta yang kau beri terangi jiwaku.."
"Iya aku inget, kok. Itu kan lagu lama. Tapi... sama kayak kita sekarang, ya?"
"Can... Jangan merasa kamu nggak aku anggap." Bintang tulus mengatakan itu. "Kamu berarti buat aku. Kalo temen kamu bilang aku pacarin kamu cuma untuk seneng-seneng aja, itu salah."
Canny menatap mata Bintang. Canny tahu Bintang tidak berpura-pura. "Iya, aku tahu."
Bintang lalu memeluknya. Memeluk Canny di taman yang semakin gelap diantara jejeran lampu-lampu taman yang kian meredup. "Kita pulang, yuk?" Ajak Bintang.
Canny seperti kecewa. Baru sebentar dia bertemu Bintang. "Yaaaah... Masa sebentar doang, sih?"
"Besok-besok lagi kita kesini, deh. Aku janji."

***

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Kini Canny sudah duduk di kelas 3 SMU. Tidak terasa juga bulan April mendatang dia akan Ujian Nasional. Hampir setiap hari, Bintang menjemput Canny ke sekolahnya dan lalu mengajaknya ke taman kesukaan mereka. Tapi jarang sekali untuk berlama-lama, karena biasanya Bintang ada jam kuliah kedua setelah bertemu Canny.
Suatu hari, Bintang mengajak Canny ke rumahnya. Hari itu hari Minggu dan ternyata rumahnya sepi. Rumah Bintang sangat sederhana.
Entah setan mana yang merasuki tubuh Bintang, dia mengajak Canny untuk berhubungan badan dan Canny sama sekali tidak menolak. Canny mengatakan bahwa teman-temannya sudah lebih dulu seperti itu. Canny malah menyepelekan.
Setelah peristiwa itu, Bintang diam merenung. Bintang menatap ke arah Canny. Tak lama pun Bintang meneteskan air mata. Canny jadi kebingungan. "Lho? Kok kamu yang nangis, sih? Mestinya kan aku yang nangis."
Seperti orang stres, Bintang menangis sambil menutupi mukanya tanpa suara. Canny mendekati Bintang.
"Kamu kenapa, Bintang?" Canny bertanya lagi.
"Aku nggak apa-apa. Tapi aku... Aku minta maaf banget Canny. Aku nggak tau kenapa tadi begitu. Aku nggak tau kenapa bisa ngelakuin itu sama kamu..."
Canny jadi serba salah. Canny memeluk Bintang dari belakang. "Kenapa harus minta maaf? Aku nggak apa-apa kok."

***

Hanya satu kali. Tapi itu terus membekas dalam ingatan. Belum ada penyesalan dari Canny. Malah... Canny merasa bahwa itu pengalamannya yang paling indah bersama Bintang. Bintang bilang bahwa dia akan menikahi Canny suatu hari nanti.
Setelah menceritakan apa yang terjadi pada temannya, yang mendengarnya langsung terbengong-bengong. "Lo serius Can?" Danar terkejut sampai-sampai menjatuhkan makanan yang dia pegang di kelas.
"Serius lah. Tapi ini rahasia kita, ya?" Tiba-tiba Canny merasa pusing. Memang sudah sejak lama dia sering pusing secara tiba-tiba. Dia memegangi kepalanya.
"Lo kenapa, Can?"
Mata Canny melemah. Tubuhnya langsung jatuh ke bahu Danar. Canny pingsan. Danar panik sekali. Dia memanggil pengurus kesehatan di kelas. Danar ikut menggendong Canny ke UKS.

***

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Danar berlari-lari menuju UKS. Hari ini Danar harus mengantar Canny pulang. Dalam keadaan sakit begini, Canny tidak boleh naik motor. Danar begitu perhatian.
"Can, lo udah baikan?"
Canny menoleh ke arah Danar yang napasnya masih terengah-engah. Saat itu Canny sedang ditemani dua orang pengurus UKS. "Gue udah baikan, kok."
"Can, gue yang anter lo balik, ya?"
"Bintang gimana?"
"Tadi gue SMS Bintang pake handphone lo. Dia langsung bales, kok. Katanya nggak apa-apa. Nanti dia langsung ke rumah lo."
"Oh. Ya udah, deh."

***

Mama Canny menyuruh Danar untuk bersantai dulu di rumahnya. Mama Canny juga menanyakan Bintang. Akhirnya Danar menjelaskan bahwa nanti Bintang akan langsung datang ke rumahnya.
Beberapa menit kemudian, bising motor berhenti di depan rumah Canny. Mama Canny dengan semangat membukakan pintu pagar untuk Bintang. Di mata Mama Canny, Bintang sudah dapat nilai plus. Tipe cowok seperti Bintang, adalah tipe cowok yang sama seperti Papa Canny. Tapi Bintang sangat perhatian, disitulah perbedaannya.
Bintang yang khawatir langsung meminta izin pada Mama Canny untuk masuk kamar anaknya. "Canny kamu nggak apa-apa?"
"Aku nggak apa-apa kok. Danarnya aja yang lebay." Jawab Canny yang sedang terbaring lemas di tempat tidurnya.
Danar yang ada disitu langsung protes, "Eh gimana nggak lebay! Orang lo tau-tau pingsan gitu! Gue panik lah."
Mama Canny tertawa saja melihat Canny dan mereka bercanda-canda. "Bintang tenang aja. Canny kalo belum sarapan emang suka pingsan."
"Canny nakal banget, ya, Tan?!" Ucap Danar.
"Aku nggak sarapan pagi kan biar langsing kayak Danar, tau." Lalu Canny tertawa.
Bintang tidak mau diam saja. "Mainnya sama lo mulu sih, Nar!" Kata Bintang seraya menjulurkan lidahnya.
"Kenapa gue jadi dibully gini, sih!?"
Mereka bertiga pun tertawa bersama. Mama Canny meninggalkan anak-anak itu di kamar Canny.

***

Semua hari-hari Canny terasa indah sampai akhirnya dia sakit lagi di sekolah. Dua bulan lalu, Canny sakit karena lupa sarapan. Tapi kali ini dia tidak tahu alasannya. Selain pusing, dia juga mual. Saat pulang sekolah, pacar Danar, Daniar dimintai tolong untuk menemani Canny ke toilet sekolah.
Canny muntah terus-terusan. Daniar mulai berpikir macam-macam. Akhirnya dia keluar toilet memanggil Danar. Daniar perlu tahu Canny kenapa. Belum sempat mengatakan apa-apa pada Danar, Daniar masuk ke toilet lagi begitu Canny memanggilnya.
"Lo kenapa, Can?"
"Gue nggak apa-apa." Canny tahu sesuatu telah terjadi pada dirinya. Takut apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan.
Danar takut ada siswa lain yang melihat dan mengira ini ada apa-apanya. Diapun segera mengajak dua cewek ini pulang. "Ya udah deh. Yuk, kita pulang sekarang." Danar dan Daniar dengan setia menemani Canny menunggu Bintang.
Begitu Canny naik ke motor Bintang, Danar pun mengajak Daniar masuk ke mobilnya. Daniar memaksa Danar bercerita tentang Canny. Akhirnya dengan terpaksa Danar menceritakan apa yang telah dialami Canny beberapa bulan lalu.
"Inget ya. Ini rahasia!"
"Sip, Bos! Hehe..."

***

Begitu sampai di rumah, Canny lari terbirit-birit. Perutnya mulas luar biasa. Bintang makin panik. Dia takut sekali kalau Canny sampai hamil. Itu artinya dia harus tanggung jawab. Ini juga berarti Bintang akan menghancurkan masa muda Canny yang masih berstatus siswi SMU.
Bintang masih menunggu di ruang tamu. Cukup lama juga Canny di kamar mandi. Saat tidak terdengar suara apapun, Bintang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.
"Apaan, sih?"
"Kamu lagi ngapain, Can?"
"Lagi berjuang antara hidup dan mati!"
"Can... Serius ah."
Baru saja Bintang mau mengetuk pintu lagi, terdengar suara cukup keras dari dalam kamar mandi. Pluuung!
"Oh God... Can, kamu pup?" Tanya Bintang setengah tertawa.
Pada saat pintu itu terbuka, terlihat rasa lega di wajah Canny. Tapi kemudian dia memegangi perutnya lagi. Akhirnya dia masuk ke dalam kamar mandi lagi.
"Hahahaha....." Bintang tidak bisa berhenti tertawa kalau ingat kejadian itu.
Setelah tiga kali berturut-turut ke kamar mandi, Canny meminta Bintang untuk pergi ke dokter. Ternyata... Canny muntaber. Bukan hamil. Itu juga bisa dibuktikan dengan alat yang Canny beli di apotek. Terlebih lagi, sekarang Canny sedang PMS.

***

Malam Minggu pun datang. Malam itu masih gerimis kecil, tapi Canny sudah rapi dan tidak sabar menunggu Bintang. Bintang mengajak Canny nge-date. Malam ini Canny memakai rok lipat model terbaru dan tanktop pink yang dibalut dengan cardigan hitam.
"Mau kemana, neng? Rapi amat. Hehe." Bintang langsung menggoda pacarnya itu sebelum naik ke motornya.
"Ih...! Eh tapi aku cantik kan?"
"Ya dong..."
Bintang merasa hampir jatuh begitu Canny mendadak naik ke motornya dengan duduk menyamping. Tapi begitu tidak ada keseimbangan, motor itu pun benar-benar jatuh.
Bintang tertiban motor dan Canny terjun dengan pantat duluan. Sama-sama merasakan sakit, tapi mereka berdua malah tertawa. Tertawa bersama di depan pagar rumah Canny. Di bawah lampu jalan, sepasang kekasih itu memperlihatkan pada langit tentang keberadaan mereka dan keberadaan sepasang bayangan yang tergambar jelas dalam gelapnya malam.

-Sepasang Bayangan Selesai-