12
Sweet Is What You Are
(Klik
disini untuk part sebelumnya)
Waktu
terasa begitu cepat. Saat ini sudah memasuki pertengahan tahun 2009. Setahun
sudah Rika berpacaran dengan Rere dan menyandang predikat sebagai seorang lesbian.
Pada tahun ini juga, David lulus sekolah dengan nilai UN terbaik se-DKI
Jakarta. Franz menyuruhnya untuk melanjutkan kuliah di Prancis. Tapi David sama
sekali tak menginginkannya. Kenapa harus jauh-jauh ke luar negeri, kalau di
Indonesia masih banyak Universitas bagus, pikirnya.
Pendaftaran
SNMPTN baru dimulai pada hari Selasa tanggal 16 Juni dan ditutup pada tanggal
26 Juni. Lalu ujiannya sendiri diadakan pada tanggal 1 sampai 2 Juli mendatang.
David sangat giat belajar. Rika bahkan tak melihat David keluar rumah sama
sekali sejak hari kelulusan. Dia bercita-cinta menjadi dokter. Karena itu,
David berusaha agar keinginannya dapat terkabul.
Dan
Tuhan mendengar do'anya. Do'a Rika dan dan do'a Franz. Jumat 31 Juli tengah
malam pengumuman SNMPTN sudah bisa dilihat. Dan David berhasil mendapatkan
jurusan yang diinginkan di Universitas paling paling paling favorit di
Indonesia. Perjuangannya telah membuahkan hasil.
"Kita
harus ngerayain, nih!" seru Franz setelah melihat hasil pengemumuman itu
di laptop David. "Papa masak apa, ya, sekarang?"
"Ah,
Papa ngaco, nih. Sekarang kan masih jam 1 malem." ucap David.
"Kita
masak berdua, Pa! Masak ayam goreng saus mentega aja!" Rika juga tak mau
kalah. Tak ada ruginya kehilangan sedikit jam tidur untuk menyenangkan hati
kakaknya.
"Ah,
kalian ini." David lalu duduk dengan manis di atas meja makan atas perintah
Franz dan Rika.
Tak
dipungkiri kalau Franz kini terlihat sangat kelelahan dan mengantuk. Setelah
pulang kerja, dia benar-benar niat untuk tidur beberapa jam dan memasang alarm
untuk bangun di tengah malam. Bahkan sebenarnya Franz sudah tahu David akan
lolos seleksi. Franz yakin anak sulungnya pasti masuk di universitas kebanggaan
anaknya itu. Olek karena itu sepulang bekerja dia menyempatkan diri untuk belanja
bahan-bahan masakan kesukaan David.
Makanan
telah terhidang di meja. Saatnya menyantap. Tapi Rika yang baru menyuapkan nasi
ke mulutnya mendadak meletakkannya kembali ketika Franz terlihat aneh. Franz
seperti tidak kuat menyendokkan nasi ke mulutnya. Franz pasti sangat lelah.
Matanya terlihat sangat mengantuk.
"Pa,
aku suapin, ya?" pinta Rika. Dan Franz mengangguk saja sambil kemudian dia
mengacak-acak rambut Rika.
***
Pagi
itu, Senin kedua di bulan Juli adalah hari pertama Rika sebagai siswa kelas 12
SMU. Karena baru masuk semester awal, kegiatan belajar mengajar masih belum
efektif. Jadi beberapa kelas ada yang sudah boleh dipulangkan sejak pukul 9
pagi. Tepat jam 9.30, Rika dikagetkan oleh sosok cowok ganteng berseragam putih
abu-abu dengan kemeja yang sengaja dikeluarkan, sedang berdiri dengan gaya
cool-nya sambil melipat tangan di depan kelas Rika.
Tidak
lain dan tidak bukan cowok itu adalah Rere. Ocha dan Kim yang melihat
kedatangan Rere langsung menyerbunya. Saling berebut menanyakan kabar, dan
mempertanyakan keberadaannya yang seharusnya dia sudah melepas seragam putih
abu-abunya.
"Re,
lo lulus kan?" tanya Kim.
"Lulus,
kok. Gue cuma mau pamer aja. Kalian semua kan belom pernah liat gue pake
seragam SMU, jadi sebelum gue jadi mahasiswa, gue mau nunjukkin ke Rika dan
kalian, beginilah aslinya gue kalo di sekolah." Rere tertawa.
Ocha
langsung bingung. Dia berbicara setengah berbisik. "Lo sekolah pake
celana?"
Rere
mengangguk. "Gue kan anak STM. Jadi gue emang pake celana. Kalo pake rok,
nanti gue bisa dikira banci."
Rika
hanya tertawa disebelah Rere. Lalu mereka mengajak Rere makan bersama di kantin
sekolah mereka. Saat makan di kantin, Rika juga tak lupa menyuruh Rachel
mendatangi mereka. Rachel satu-satunya dari mereka yang masuk kelas IPA. Wajar
saja kalau dia lebih rajin membaca di perpustakaan.
"Ra!
Jangan belajar mulu lo! Lo kan udah pinter, entar makin pinter gue mah
ngeri." Kata Kim ditelepon. "Gue tau lo pengen jadi calon dokter
kayak David. Tapi main dulu lah sini ke kantin."
Orang
diseberang langsung merespon. "Iya, bawel. Ini gue udah keluar perpus
kok." Gemas juga rasanya kalau sudah berinteraksi dengan makhluk bernama
Kimberly itu. Entah dia datang darimana asalnya.
Begitu
yang ditunggu terlihat, Ocha dan Kim berteriak-teriak memanggil Rachel seakan
Rachel adalah selebriti papan atas yang sedang berkunjung ke sekolah mereka.
Semua mata jadi langsung tertuju pada Rachel, si cewek idola di sekolah.
Banyak
yang sedang makan di kantin. Tapi hanya di meja Rika yang sangat berisik. Tak
hanya menjadi pusat perhatian karena keberisikannya, mereka yang duduk di
bangku itu adalah anak-anak famous di sekolah itu. Rachel si cantik yang selalu
juara umum, Ocha karateka yang sering keluar-masuk ruang BP dan Kimberly yang
mulutnya seperti burung beo. Tapi tidak dengan Rika. Dia anak yang biasa-biasa
saja. Tapi bukan berarti dia tidak famous. Rika juga terkenal dikalangan
adik-adik kelas karena keramahannya pada semua orang.
Makan
siang di kantin bersama sahabat pastinya akan menjadi kenangan yang tak
terlupakan saat tua nanti. Dalam hati Rika berharap, dia dan tiga sahabatnya
akan terus seperti ini.
"Kamu
kok ngelamun?" tanya Rere.
"Ha?
Enggak, kok." Selalu ketahuan kalau dia sedang melamun.
"Eh,
ada nasi di rambut kamu." Rere lalu mengambil butir nasi yang menempel di
rambut Rika. Hal itu menimbulkan suasana kantin menjadi semakin ribut. Kim
histeris melihatnya.
"Gue
juga mau punya pacaaaaaar!" Kim berseru dengan suara cemprengnya. Dia dan
anak-anak satu sekolah yang sedang makan di kantin pasti sangat iri melihat
adegan romantis seperti tadi. So sweet.
(Klik
disini untuk part berikutnya)