Jumat, 08 Februari 2013

Could I Call It Love #12



12
Sweet Is What You Are



(Klik disini untuk part sebelumnya)


Waktu terasa begitu cepat. Saat ini sudah memasuki pertengahan tahun 2009. Setahun sudah Rika berpacaran dengan Rere dan menyandang predikat sebagai seorang lesbian. Pada tahun ini juga, David lulus sekolah dengan nilai UN terbaik se-DKI Jakarta. Franz menyuruhnya untuk melanjutkan kuliah di Prancis. Tapi David sama sekali tak menginginkannya. Kenapa harus jauh-jauh ke luar negeri, kalau di Indonesia masih banyak Universitas bagus, pikirnya.

Pendaftaran SNMPTN baru dimulai pada hari Selasa tanggal 16 Juni dan ditutup pada tanggal 26 Juni. Lalu ujiannya sendiri diadakan pada tanggal 1 sampai 2 Juli mendatang. David sangat giat belajar. Rika bahkan tak melihat David keluar rumah sama sekali sejak hari kelulusan. Dia bercita-cinta menjadi dokter. Karena itu, David berusaha agar keinginannya dapat terkabul.

Dan Tuhan mendengar do'anya. Do'a Rika dan dan do'a Franz. Jumat 31 Juli tengah malam pengumuman SNMPTN sudah bisa dilihat. Dan David berhasil mendapatkan jurusan yang diinginkan di Universitas paling paling paling favorit di Indonesia. Perjuangannya telah membuahkan hasil.

"Kita harus ngerayain, nih!" seru Franz setelah melihat hasil pengemumuman itu di laptop David. "Papa masak apa, ya, sekarang?"

"Ah, Papa ngaco, nih. Sekarang kan masih jam 1 malem." ucap David.

"Kita masak berdua, Pa! Masak ayam goreng saus mentega aja!" Rika juga tak mau kalah. Tak ada ruginya kehilangan sedikit jam tidur untuk menyenangkan hati kakaknya.

"Ah, kalian ini." David lalu duduk dengan manis di atas meja makan atas perintah Franz dan Rika.

Tak dipungkiri kalau Franz kini terlihat sangat kelelahan dan mengantuk. Setelah pulang kerja, dia benar-benar niat untuk tidur beberapa jam dan memasang alarm untuk bangun di tengah malam. Bahkan sebenarnya Franz sudah tahu David akan lolos seleksi. Franz yakin anak sulungnya pasti masuk di universitas kebanggaan anaknya itu. Olek karena itu sepulang bekerja dia menyempatkan diri untuk belanja bahan-bahan masakan kesukaan David.

Makanan telah terhidang di meja. Saatnya menyantap. Tapi Rika yang baru menyuapkan nasi ke mulutnya mendadak meletakkannya kembali ketika Franz terlihat aneh. Franz seperti tidak kuat menyendokkan nasi ke mulutnya. Franz pasti sangat lelah. Matanya terlihat sangat mengantuk.

"Pa, aku suapin, ya?" pinta Rika. Dan Franz mengangguk saja sambil kemudian dia mengacak-acak rambut Rika.

***

Pagi itu, Senin kedua di bulan Juli adalah hari pertama Rika sebagai siswa kelas 12 SMU. Karena baru masuk semester awal, kegiatan belajar mengajar masih belum efektif. Jadi beberapa kelas ada yang sudah boleh dipulangkan sejak pukul 9 pagi. Tepat jam 9.30, Rika dikagetkan oleh sosok cowok ganteng berseragam putih abu-abu dengan kemeja yang sengaja dikeluarkan, sedang berdiri dengan gaya cool-nya sambil melipat tangan di depan kelas Rika.

Tidak lain dan tidak bukan cowok itu adalah Rere. Ocha dan Kim yang melihat kedatangan Rere langsung menyerbunya. Saling berebut menanyakan kabar, dan mempertanyakan keberadaannya yang seharusnya dia sudah melepas seragam putih abu-abunya.

"Re, lo lulus kan?" tanya Kim.

"Lulus, kok. Gue cuma mau pamer aja. Kalian semua kan belom pernah liat gue pake seragam SMU, jadi sebelum gue jadi mahasiswa, gue mau nunjukkin ke Rika dan kalian, beginilah aslinya gue kalo di sekolah." Rere tertawa.


Ocha langsung bingung. Dia berbicara setengah berbisik. "Lo sekolah pake celana?"

Rere mengangguk. "Gue kan anak STM. Jadi gue emang pake celana. Kalo pake rok, nanti gue bisa dikira banci."

Rika hanya tertawa disebelah Rere. Lalu mereka mengajak Rere makan bersama di kantin sekolah mereka. Saat makan di kantin, Rika juga tak lupa menyuruh Rachel mendatangi mereka. Rachel satu-satunya dari mereka yang masuk kelas IPA. Wajar saja kalau dia lebih rajin membaca di perpustakaan.

"Ra! Jangan belajar mulu lo! Lo kan udah pinter, entar makin pinter gue mah ngeri." Kata Kim ditelepon. "Gue tau lo pengen jadi calon dokter kayak David. Tapi main dulu lah sini ke kantin."

Orang diseberang langsung merespon. "Iya, bawel. Ini gue udah keluar perpus kok." Gemas juga rasanya kalau sudah berinteraksi dengan makhluk bernama Kimberly itu. Entah dia datang darimana asalnya.

Begitu yang ditunggu terlihat, Ocha dan Kim berteriak-teriak memanggil Rachel seakan Rachel adalah selebriti papan atas yang sedang berkunjung ke sekolah mereka. Semua mata jadi langsung tertuju pada Rachel, si cewek idola di sekolah.

Banyak yang sedang makan di kantin. Tapi hanya di meja Rika yang sangat berisik. Tak hanya menjadi pusat perhatian karena keberisikannya, mereka yang duduk di bangku itu adalah anak-anak famous di sekolah itu. Rachel si cantik yang selalu juara umum, Ocha karateka yang sering keluar-masuk ruang BP dan Kimberly yang mulutnya seperti burung beo. Tapi tidak dengan Rika. Dia anak yang biasa-biasa saja. Tapi bukan berarti dia tidak famous. Rika juga terkenal dikalangan adik-adik kelas karena keramahannya pada semua orang.

Makan siang di kantin bersama sahabat pastinya akan menjadi kenangan yang tak terlupakan saat tua nanti. Dalam hati Rika berharap, dia dan tiga sahabatnya akan terus seperti ini.

"Kamu kok ngelamun?" tanya Rere.

"Ha? Enggak, kok." Selalu ketahuan kalau dia sedang melamun.

"Eh, ada nasi di rambut kamu." Rere lalu mengambil butir nasi yang menempel di rambut Rika. Hal itu menimbulkan suasana kantin menjadi semakin ribut. Kim histeris melihatnya.

"Gue juga mau punya pacaaaaaar!" Kim berseru dengan suara cemprengnya. Dia dan anak-anak satu sekolah yang sedang makan di kantin pasti sangat iri melihat adegan romantis seperti tadi. So sweet.



(Klik disini untuk part berikutnya)