5
Thinking of You
(Klik
disini untuk part sebelumnya)
"Jadi,
kita harus sarapan dulu atau main di pantai dulu?" tanya Kim yang baru
saja bangun. Sambil mengucek-ngucek matanya dan menguap lebar, ia mendekati
Rachel yang sedang memasak nasi di rice cooker mini miliknya.
Ocha
mendengus. "Lo mending cuci muka dulu sana, anak kecil yang manis..."
Lalu Ocha melemparkan handuk kecil ke arah Kim. Tapi Kim tak berhasil
menangkapnya dan membuat handuk lembut itu mendarat mulus di wajahnya.
"Huuuuh!
Gue bukan anak kecil!"
"Emang
lo kecil! Wleeee..." Ocha menjulurkan lidahnya.
"Lo
juga kecil, Cha."
"Tapi
kan lo sama gue tinggian gue. Jauh!"
"Apaan
jauh. Paling cuma beda 10cm."
Disamping
mendengarkan kedua cewek imut itu saling bertengkar, Rachel dan Rika tetap
sibuk dengan persiapan sarapan pagi mereka, sambil sesekali menertawakan
keduanya. Sebenarnya Ocha dan Kim itu sangat cocok. Mereka juga sama-sama lucu.
Keduanya berkulit putih, memiliki mata sipit, dan yang paling terlihat jelas
adalah mereka sama-sama cerewet dalam segala hal.
"Rachel
memang hebat! Juara kelas, idola cowok-cowok, jago masak pula! Aaaaah...
Kenyangnya..."
"Dasar
Ocha jorok. Belom cuci muka udah makan!" celetuk Kim.
Lagi-lagi
kedua anak itu bertengkar. Rachel hanya tertawa di tengah-tengah Ocha dan Kim.
Berbeda dengan Rika yang hanya memperhatikan dari kursi rotan yang ada di dekat
jendela. Senyumnya tipis.
"Mikirin
dia, ya?" tanya Rachel pada Rika yang mendadak duduk di sampingnya.
Tatapannya mengikuti arah pandang Rika yang menuju ke laut.
Rika
mengangguk. "Iya."
"Nomor
handphonenya masih belom aktif?"
"Belom..."
Rika menunduk sedih. "Jangan-jangan dia ganti nomor, ya?"
"Semoga
aja nggak, deh." Lalu Rachel berdiri dan menggandeng tangan Rika. "Ke
pantai yuk. Nyusul Ocha sama Kim"
"Yuk."
Setengah
berlari, Rachel menyusul Ocha dan Kim yang sudah lebih dulu sampai di pantai.
Ketika hampir sampai di tempat Ocha dan Kim berada, Rachel dan Rika
kebingungan. Beberapa menit, Rachel sempat memperhatikan Ocha dan Kim dari
jarak yang lumayan jauh. Kedua cewek Chinese itu duduk diam di pasir pantai.
Tapi hanya benar-benar duduk saja sambil menatap kedepannya.
"Kalian
ngapain?" tanya Rachel saat sudah di dekat Kim.
"Hai!"
sapa Kim dengan ceria. Kepalanya mendongak melihat dua temannya yang baru
datang.
"Kalian
kenapa bengong? Ayo duduk di sini." ucap Ocha yang sedang duduk diam. Tak
melakukan apa-apa.
Kali
ini Rika ikut membuka suara setelah beberapa waktu ia mendadak jadi pendiam.
"Kalian lagi berjemur?"
Ocha
menggelengkan kepalanya. "Kita berdua lagi nungguin ombak." tangannya
menunjuk ke depannya.
"Iya.
Tapi kita berdua takut kebawa ombak. Jadi nunggu ombaknya di sini, deh."
tambah Kim.
"Kita?
Lo tuh yang maksa-maksa duduk di sini. Ombaknya nggak nyampe-nyampe ke
sini."
"Ih!
Tadi sampe kan!"
"Iya.
Tapi dikit doang!"
"Coba
lo sana majuan sedikit. Paling lo juga takut."
"Coba
lo dulu gih yang maju." ucap Ocha tak mau kalah.
"Lah.
Gue sih ketauan kalo nggak berani. Lo kan katanya berani. Sana sana.."
Ocha
dan Kim yang ribut lagi-lagi membuat Rika dan Rachel tertawa. Meskipun
perhatian Rika sedikit tertuju pada kedua cewek itu, pikirannya masih saja ada
bayang-bayang Rere.
Rika
sering melihat sinetron-sinetron di televisi yang kalau seorang cewek bisa saja
bertemu cowok yang disukainya di saat tak terduga. Rika jadi berpikir kalau
kemungkinan itu bisa saja terjadi di kehidupan nyata. Setidaknya ia berharap
demikian.
Sayangnya
harapan Rika tak menjadi kenyataan. Hingga sore hari saat mereka berempat
bersiap-siap untuk pulang, Rika sama sekali tak melihat tanda-tanda keberadaan
Rere. Justru orang yang tak disangka-sangkalah yang terlihat berjalan di depan
mereka.
"Ri,
itu kan Carla!" Meskipun suara Ocha keras, tapi kalau dari jarak sejauh
ini, orang yang diomongin tak akan mendengar.
"Mana-mana?"
yang diberitahu Rika, yang heboh malah Kim. Matanya sibuk mencari-cari Carla di
tengah kerumunan banyak orang. "Duh, mana, sih?"
"Tuh.
Yang pakai tanktop Pink dan pakai topi coklat." ucap Rachel. "Cowok
yang ada disebelahnya itu kayaknya... nggak asing, ya?"
"Itu
bukannya Kak Andreas? Anak OSIS yang ketua ekskul photographer!?" cetus
Kim.
"Huh.
Sok cantik dia! Ngapain mereka ke sini?" tanya Ocha pada tiga temannya.
"Ya...
Main kali. Tapi... berdua aja? Mereka nginep?" jawab Kim sambil menoleh ke
arah Ocha.
"Kenapa
jadi nanya ke gue? Gue nggak tau." ucap Ocha yang lalu mencolek tangan
Rika yang cuma menatap datar Carla, "Lo kenapa lagi ngeliatinnya ampe
begitu banget? Jangan-jangan lo suka juga ya sama Kak Andreas?"
"Hih!
Bukan! Gue cuma ngerasa ada yang aneh. Liat deh badannya Carla. Jarang masuk sekolah,
kayaknya dia makin gemuk." Rika menunjuk ke arah Carla.
"Oh
God. She's pregnant??!" celetuk Rachel tiba-tiba sambil menyipitkan
matanya.
"Hah?"
Kim dan Ocha yang kaget langsung meminta penjelasan pada Rachel.
"Kakak
sulung gue udah punya anak. Sebelum menikah badannya kurus, pas hamil, badannya
agak mekar. Perubahan ukuran badannya itu keliatan banget." terang Rachel
sambil melanjutkan perjalanan menuju mobil. "Tapi ini cuma perkiraan gue,
sih. Sebaiknya kita jangan urusin dia."
"Tapi...
Kalo itu bener, nasibnya dia gimana?" tanya Rika.
Ocha dan Kim melotot kesal dengan mata sipit mereka bersamaan saat melihat wajah sedih yang terpancar dari tatapan Rika.
Ocha dan Kim melotot kesal dengan mata sipit mereka bersamaan saat melihat wajah sedih yang terpancar dari tatapan Rika.
"Kenapa
lo harus sedih? Malah bagus kan. Dia bakal dikeluarin dari sekolah."
bentak Ocha.
"Betul!
Gue bakalan bikin pesta kecil-kecilan kalo dia dikeluarin." tambah si
kecil Kim.
"Udah.
Udah. Untuk sementara, kita jangan bahas ini dulu sampe kita tau kebenarannya.
Kita juga nggak usah gembar-gembor tentang pertemuan kita sama Carla. Cukup kita
berempat aja yang tau." ucap Rachel dengan sifat keibuannya seperti biasa.
***
Seminggu
berlalu. Saat ini sudah masuk di akhir bulan Mei. Dan Rika masih belum berhasil
menghubungi Rere. Lalu soal Carla? Ocha, Kim dan Rachel benar-benar menutupi
pertemuan mereka di Anyer. Di sekolah, Carla yang kalau diperhatikan dari dekat
memang terlihat semakin gemuk. Tapi anak-anak di sekolah belum ada yang
menyadari keganjilan itu.
"Mungkin
anak-anak ngiranya Carla cuma gemukan aja kali. Kan wajar." Begitulah kata Kim dengan polosnya
beberapa hari lalu.
Kemudian
kembali lagi pada Rika. Ia tak begitu serius memperhatikan Carla karena pikirannya
hanya tertuju pada Rere. Dia sangat merindukannya. Dia juga sudah seminggu tak
datang ke taman dekat rumah Ocha.
Kadang
Rika merasa dirinya itu bodoh. Pertemuan yang hanya dilakukannya dua kali,
kenapa bisa membuatnya seperti kehilangan dirinya? Lalu ia berpikir ulang. Ini
hanya takdir yang cukup ia jalankan. Tak ada salahnya berharap pada satu
tujuan.
"Ri,
minggu depan temen gue nikah. Kayaknya lo harus ikut gue." ucap David yang
tiba-tiba muncul di depan pintu kamar Rika yang terbuka sedikit.
Rika
menutup majalah yang sedang ia baca. Lalu memutar kursinya. "Temen kakak
yang mana?" Meski Rika tak hafal nama teman-teman kakaknya, Rika merasa
harus tahu siapa yang kakaknya maksud itu.
David
tidak langsung menjawab. Ia lalu duduk di pinggir tempat duduk Rika. Sebelum
menjawab dia menghela napas panjang. "Dia temen SMP gue. Temen baik gue.
Pernikahannya tertutup banget. Cuma keluarga sama sahabat-sahabat dia aja yang
diundang."
"Aku
pernah ketemu dia sebelumnya?"
"Dia
emang nggak pernah ke rumah ini. Tapi lo sering ketemu dia tempat lain.
Pasti."
"Siapa?"
Rika mengingat-ingat siapa teman sekolahnya yang kenal dengan David. Tapi dia
sama sekali tak tahu. Sampai akhirnya wajah kakak kelasnya muncul dalam
pikirannya. Memang, dia tak tahu kalau mereka berteman. Tapi kalau pernikahan
itu sampai terjadi pasti... "Andreas!?? Kak, jangan bilang kalo pacarnya lagi
hamil anaknya."
"Sayangnya
apa yang di kepala lo itu bener. Pacarnya itu temen sekelas lo dan dia emang
hamil. Andreas sering cerita ke gue. Tentang Carla, juga tentang lo yang sering
dijahatin sama Carla. Andreas sebenernya kenal lo, Ri. Tapi lo gak kenal
Andreas."
"Ya
ampun. Ternyata dia beneran hamil." Rika tak menyangka. Benar-benar tak
menyangka. "Aku harus gimana?"
"Lo
cukup rahasiain ini dari temen-temen sekolah lo."
"Tapi
Ocha, Kim dan Rachel udah tau. Kita berempat ketemu Carla di Anyer."
David
sudah berjalan keluar. Ia diam didepan pintu. Lalu membalikkan tubuhnya. "Bilang
mereka kalo kehamilan dan pernikahan Carla-Andreas jangan sampe kesebar. Oh iya
satu lagi."
"Apa
kak?"
"Kalo
lo mau ketemu Rere, lo harus ikut gue. Gue yakin dia ada di sana." lalu
dengan segera David melangkahkan kaki-kaki panjangnya ke kamarnya.
Rika
semakin tak mengerti apa yang David pikirkan. Kenapa David jadi memberitahukan
itu? Dadanya sesak seakan tak bisa bernafas setiap kali dia mendengar nama
cowok itu. Kalau memang benar, Rere ada di pernikahan itu, dia harus datang.
Dan ia harus memaksa cowok itu menjawab semua pertanyaan yang selama ini
memenuhi pikiran Rika.
(Klik
disini untuk part berikutnya)