Minggu, 10 Februari 2013

Could I Call It Love #17



17
Lost



(Klik disini untuk part sebelumnya)

Rika kini hanya bisa mematung. Dia tak bisa berteriak karena orang itu telah membekap mulutnya secara paksa dengan kain. Tangan dan kakinya juga diikat dengan tali. Rika hanya menangis saat itu. Terlebih lagi ketika orang bernama John itu mengambil semua barang-barang berharga yang ada di kamar Franz. Gadget-gadget dan koleksi jam Franz, perhiasan almarhum Risa, semua barang berharga tak satupun John lewatkan. Awalnya John memang hanya ingin membalaskan dendam pada The New Black. Tapi lama-lama dia 'ketagihan' dengan kekayaan para anggota geng motor itu.

Rika ingin menyelamatkan semua itu. Tapi dia tak tahu caranya. Dia benar-benar tak ingin kehilangan benda-benda yang ditinggalkan Risa. Rika memohon dengan sangat pada John dengan suara yang tidak jelas karena mulutnya tersumpal kain.

"Hooo. Gue sampe lupa kalo ada barang berharga lain di sini."

John lalu meletakkan tas besar berisi barang-barang curiannya di dekat tampat tidur kemudian berjalan perlahan mendekati Rika yang tak berdaya. Rika takut sesuatu akan terjadi padanya.

"Gue nggak pernah tahu David punya ade secantik dan semanis lo. Lumayan juga."

"Tidak! Kumohon jangan!" Teriak Rika dalam hati.

***

Rere, Andre dan Bima akhirnya sampai di kediaman David. Pintu pagar terbuka sedikit, dan pintu rumahnya terbuka lebar dengan sisi yang rusak. Pasti telah dibuka dengan paksa. Mereka bertiga ternyata langsung disambut dua anak buah John. Dua orang itu memang berbadan besar, tapi bukan tak ada kemungkinan untuk menang. Rere khawatir dengan John yang tak terlihat di luar dan berkeliaran di dalam rumah mencuri barang-barang berharga. Rere harus segera menemukan John! Tidak. Rere harus menemukan Rika! Tak peduli berapa banyak musuh lagi di dalam. Rere memanfaatkan kayu-kayu furniture Franz yang ada di sekitarnya. Rere memulai aksinya hanya dengan sekali pukul, karena langsung mengenai kepala lawan. Setelah melewati beberapa musuh, Rika mendengar suara tangis Rika dari dalam kamar Franz.

BRAK!

Pintu terbuka dengan kasar. Di sanalah Rere terlihat benar-benar marah. Matanya tersirat akan kebencian yang sudah memuncak. Amarahnya tak tertolerir lagi. Dia benar-benar ingin membunuh John detik itu juga ketika dia melihat pacarnya sedang dilecehkan seperti itu. Dia benar-benar harus menyingkirkan John.

"Rere!!" Rika berteriak histeris saat Rere hadir. Rere, pahlawannya, akhirnya datang untuknya.

"Lepasin cewek gue!" Rere langsung menarik John dan melemparnya sampai terbentur lemari kayu. Dia lalu menghajar John tanpa ampun. Biar saja John mati dan dia masuk penjara. Rere terus memukuli John. Tangannya lalu menggapai stick golf yang ada di pojok kamar.

John tak punya persiapan. Dari awal dia sudah merencanakan dia takkan lama di rumah ini, tapi ternyata Rika memaksanya untuk tidak pergi cepat. John tergoda pada Rika yang manis itu.

Saat sedang terpuruk, teman-teman John yang masih tersisa masuk ke dalam kamar dan Rere langsung dihajar habis-habisan. Rere dikeroyok oleh lima orang sekaligus. Tapi ada satu diantara dia yang sepertinya hilang kesadaran. Cowok yang bermata sayu itu mengambil pisau dapur dari dalam tasnya. Dia mengarahkan langsung pada tubuh Rere.

Rere menelan ludah. Dia tahu apa yang akan terjadi. Begitu juga dengan Rika yang kini sudah diikat kembali di tiang-tiang tempat tidur Franz. Rika berteriak minta tolong. Tapi tetangga tak akan ada yang mendengar. Inilah tak enaknya tinggal di perumahan elit karena sulit berinteraksi dengan tetangga.

Rere hanya berharap teman-temannya segera datang. Tapi dia sudah tak ada harapan lagi. Lebih tepatnya dia tak bisa berharap. Pisau telah menancap di dadanya. Beberapa menit setelah itu sirine polisi terdengar. Rika lega karena akhirnya polisi datang. Meringkus anak-anak muda yang dalam pengaruh minuman keras tak sesulit yang dibayangkan. Dengan cepat polisi membereskan mereka. Tidak tanggung-tanggung, Nico membawa 5 mobil polisi sekaligus.

David yang babak belur langsung membuka ikatan Rika, sedangkan Nico langsung mendekati Rere. Dengan segera dia meminta bantuan David untuk menggendongnya. Tapi Rere menolak.

"Tunggu." Katanya.

Rere yang terkapar tak berdaya melihat ke arah Rika dengan baju yang penuh robekan. Rika menangis dan memeluk Rere. "Kamu harus bertahan. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Nggak perlu. Kamu... cari Niko, ya." ucap Rere sambil terbatuk-batuk. Kaus biru mahalnya bersimbah darah. Berbicarapun sebenarnya sudah sulit. "Aku... nggak bisa... bertahan lagi. Nggak usah... buang-buang waktu. Rika aku... aku sayang kamu."

"Rereeeeeee!!!!!"

Yang tadi itu adalah kata-kata terakhirnya. Tak ada pesan lagi. Juga tak ada kata selamat tinggal. Rika menangis histeris melihat pacarnya yang sudah tak bernyawa. Sesungguhnya tak hanya Rika, David dam Nico pun sangat kehilangan. Tapi David lebih merasa sedih. Dia tak sanggup menahan tangisnya. Mungkin malam ini menjadi yang pertama kalinya David menangis dihadapan orang lain. David jatuh terduduk. Harapannya telah hilang. David benar-benar tak bisa memiliki Rere yang selama ini dia sayangi meski hanya dia yang tahu. Dan Rika sangat tahu bagaimana perasaan David saat ini.

Rika melepaskan pelukannya. Lalu membiarkan David bergantian memeluk pacarnya, cinta pertama David. David menangis tanpa suara. Tapi Rika tahu bagaimana isi hati David dan bagaimana hatinya berbicara.

***

Hujan deras membasahi pemakaman usai Rere dimakamkan. Kini Rika lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar. Dia sering menulis kenangan indah bersama Rere dalam buku harian yang baru dia beli hari itu. Lalu David juga seperti kehilangan dirinya sendiri. Daniela sampai kebingungan dengan tingkah dua anak itu setelah kematian seorang temannya. Ya. Teman. Kebenaran tentang Rere tak diceritakan sekalipun pada Daniela maupun pada Franz.

Rika dan David kembali berduka pada musim penghujan di awal bulan Februari 2011. Franz akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. Rika dan David, keduanya sudah tak memiliki simpanan air mata lagi. Hanya saja, Rika masih bisa ditenangkan sedangkan David...

David bukanlah seperti David yang dulu. Bukan David yang hebat dalam segala hal. David kini lemah. Dan dia tak bisa melakukan apa-apa. Kesadarannya telah hilang. Kejiwaannya terganggu. Inilah yang paling Rika takuti, David bagai raga tak bernyawa. David sering menangis. Lalu tiba-tiba tertawa. Dan menangis lagi, lalu tertawa lagi. Kadang dia marah-marah sambil melemparkan barang-barang di rumah. Hingga mengharuskan Daniela mempekerjakaan pengasuh yang bisa menangani David. Dia juga harus sering dibawa pada psikiater.

Rika kini mengerti. David sudah terlalu lelah pada hidupnya. Dia kehilangan ayah dan cinta pertamanya. David kini memiliki dunianya sendiri. Menyedihkan sekali hidup Rika ini. Sungguh. Tak ada yang lebih sedih dibandingkan dengan semua hal yang dia alami.

"Rika sayang David?" Tanya David dengan nada yang sudah berubah. Agak seperti anak-anak.

"Sayang, Kak. Rika sayang David." Rika memeluk David yang sedang duduk di atas tempat tidur saat dia sedang disuapi makan oleh Daniela. Sambil meneteskan air mata yang tersisa, Rika berkata, "Aku sayang banget sama Kak David."

(Klik disini untuk part berikutnya)