7
Bad Romance
(Klik
disini untuk part sebelumnya)
Kini dia menunggu seseorang di
depannya ini membuka mata. Menanti sampai cewek itu terbangun, lalu dia akan
menyelesaikan semuanya. Rere tak pernah berniat berbohong pada Rika, pada
David, juga pada siapapun. Dia hanya tak bisa dengan mudah menceritakan rahasia
yang dia jaga sejak kecil.
Rere, yang bernama asli Renata itu
sebenarnya adalah gadis cantik berpostur tinggi dan tegap. Dia memiliki
jari-jari tangan dan kaki yang besar dan panjang. Oleh karena itu, ketika dia
memotong habis rambutnya, dia benar-benar terlihat seperti cowok 100%.
Dari kecil Rere terbiasa hidup
dengan lingkungan yang kebanyakan dikelilingi oleh laki-laki. Apa yang menjadi
kesukaannya, hal yang sering dilakukannya, perilaku dan gaya hidupnya,
dipengaruhi oleh ayah dan orang-orang sekelilingnya.
"Rika?" ucap Rere pelan
ketika ia melihat cewek itu mencoba membuka mata. "Lo udah sadar?"
Sepertinya Rika masih pusing dan kesadarannya belum pulih seluruhnya. Tapi inilah saatnya bagi dia untuk meminta Rere menjelaskan bagian-bagian yang masih rampung.
Sepertinya Rika masih pusing dan kesadarannya belum pulih seluruhnya. Tapi inilah saatnya bagi dia untuk meminta Rere menjelaskan bagian-bagian yang masih rampung.
"Re, kamu..."
"Seperti yang lo denger dari
David dan Nico. Ucapan mereka bener. Gue minta maaf nggak bilang dari awal. Gue
juga minta maaf karena udah bikin lo kecewa."
Dengan tubuh yang masih terlentang
di atas tempat tidur, Rika menggapai telapak tangan Rere yang tak sampai satu
meter jaraknya dari jari jemarinya. "Re, kamu nggak salah. Cuma akunya aja
yang bodoh. Suka kamu padahal baru dua kali ketemu."
"Seharusnya hari itu kita nggak
ketemu, Ri." Rere tampaknya sedih mengingat dirinya membuat orang lain
jatuh cinta padanya tanpa tahu kebenaran yang ada.
Rika menggenggam tangan Rere dengan
erat, meskipun masih lemas. "Ketemu atau nggak hari itu, aku yakin kita
akan tetep ketemu. Dan mungkin pada akhirnya akan tetap sama."
"Maksudnya, Ri?"
"Hmmm..." Rika mencoba
duduk dan bersandar. Dengan malu-malu dia menatap Rere. "Aku suka kamu,
Re. Meski aku udah tahu kamu itu sebenernya cewek, aku tetep suka. Aku cuma
pengen selalu dideket kamu setiap waktu."
Setelah mendengar itu Rere langsung
memeluk Rika. Dengan erat. Rikapun pun membalas pelukan itu. Keduanya terlihat
bahagia, meski ada orang yang tak senang. Seseorang itu kini sedang berdiri di
depan kaca besar ruangan itu.
David, cowok itu sedang melihat
pemandangan menyakitkan dari balik kaca. Sekali lagi dirinya merasakan patah
hati. Penantiannya selama bertahun-tahun harus berakhir semenyedihkan ini.
Sebenarnya bisa saja dia mendapatkan cewek yang lebih dari Rere. Tapi Rere
adalah yang pertama. Yang selalu ada pikirannya. Dan sepertinya hal ini juga
yang sedang dirasakan adiknya, Rika.
"Vid. Ade lo lesbian
sekarang." ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di sebelah David. Dia juga
ikut mengintip dari balik kaca. Kemudian dia menatap lurus David. "Lo
ngerti kan sekarang, kenapa waktu SMP gue bilang kalo lo nggak akan pernah
bersatu sama Rere?"
David langsung melangkahkan kaki
untuk pergi. Jalannya lunglai tanpa semangat. Dia tak tahu kenapa dirinya tak
rela dengan takdir yang serumit ini. "Gue ke tempat Andreas dulu."
***
Dengan cahaya lampu-lampu taman yang
bergemelapan, membuat suasana resepsi lebih indah saat malam hari dibandingkan
siang hari. Rika terkagum-kagum saat keluar dari villa itu.
Saat Rika hendak menyalami Carla, Carla lah yang lebih dahulu mendekatinya. Carla tersenyum manis dalam balutan make up yang sempurna. Ini pertama kalinya Carla bersikap baik pada Rika. "Makasih, ya, Ri."
Saat Rika hendak menyalami Carla, Carla lah yang lebih dahulu mendekatinya. Carla tersenyum manis dalam balutan make up yang sempurna. Ini pertama kalinya Carla bersikap baik pada Rika. "Makasih, ya, Ri."
"Sama-sama, Car. Langgeng,
ya." Setelah bercipika-cipiki, Rika kembali mencari Rere yang sejak tadi
sudah menunggunya duduk di dekat air mancur villa besar itu.
Begitu menemukan Rere, Rika duduk di
sebelahnya dengan riang. Mereka mengobrol sambil menikmati indahnya Lembang di
malam hari. Suasana yang sejuk dengan angin yang bertiup lembut, membuat keduanya
seakan melupakan segalanya.
"Nih, buat kamu." Rere
memberikan gelas berisi susu hangat.
Rika jadi ingin tertawa. Bukan
karena Rere yang memberinya susu di acara pernikahan, tapi dengan kata yang
baru saja dia ucapkan. "Coba ulang tadi kamu ngomong apa?"
"Eh? Aku salah ngomong
emang?" Rere jadi salah tingkah.
"Ini pertama kalinya kamu
ngomong 'Aku-Kamu'! Haha."
"Udah ah jangan ngeledek. Oh
iya, tadi nggak ngobrol dulu sama Carla?"
"Nggak." Kemudian ada yang
terlintas dalam benaknya. "Ngomong-ngomong, kamu kan lagi ngehindar dari
aku. Tapi kenapa kamu dateng ke pernikahan Andreas? Kamu kan pasti udah tahu
kalau ada David. Bahkan kemungkinan kamu udah tahu kalo aku bakal ikut
juga."
"Iya. Emang aku udah tau.
Sebenernya kalo bisa sih aku nggak mau dateng."
"Terus kenapa ada di
sini?"
"Karena kita udah terikat tali
benang merah." Rere tertawa jahil.
"Ih seriuuuuusss."
Rere menoleh ke arah lain. Ke arah
rerumputan yang terkena pantulan cahaya lampu taman. "Aku harus datang ke
acara pernikahan adik aku."
"Adik? Carla? Carla itu adik
kamu?"
"Iya." Rere mendengus
tertawa. "Dunia sempit, ya."
Rika mengangguk tanda menyetujui.
***
Hari-hari menyulitkan telah
terlewati. Tapi ujian kenaikkan kelas yang baru dimulai juga tak bisa dianggap
remeh. Rika dan seluruh anak-anak sekolahnya belajar dengan giat.
Sampai akhirnya di hari ketiga ujian.
Sampai akhirnya di hari ketiga ujian.
"Hari ini mata ujiannya bikin
mual." kata Ocha yang sedang menatap buku Matematika dan Fisika. "Ri,
contekkin gue nanti!"
Rika menyahuti. "Kalo masalah
itung-itungan Mami Rachel kan jagonya."
"Eh, apaan." Rachel jadi
terhenti belajarnya. Memang sih dia pintar hitung-hitungan, tapi kalau Rika bicara
begitu, dia kan jadi malu.
Tak lama kemudian bel pun berbunyi.
Ocha terlihat stress karena banyak materi yang dia tak mengerti meski Rika dan
Rachel nyaris gila mengajarinya. Tapi Rika dan Rachel tetap sabar. Bukankah ini
yang dinamakan teman?
Mata ujian pertama adalah
Matematika. Bagi Rachel yang sering juara umum dari SD, ujian Matematika ini
sama sekali tak membebaninya. Meski mengerjakan soal dengan lancar, dia tak
lupa dengan temannya sendiri yang kesusahan. Setiap pengawas lengah, Rachel
melemparkan kunci jawaban ke Ocha, juga pada beberapa teman yang lain.
Rika mengerjakan soal dengan tenang
meski ada beberapa soal yang membuatnya sedikit pusing. Sambil menunggu Rachel
selesai, dia iseng-iseng memperhatikan suasa kelas. Matanya langsung tertuju
pada Carla yang duduk di depan nomor dua di sebelah kanan. Rika pikir sejak
pernikahan itu, Carla jadi merubah sikap pada Rika. Ternyata tidak. Atau lebih
tepatnya pura-pura seakan mereka tak pernah berbaikan karena dilain kesempatan,
kadang Carla menyapanya dengan ramah.
Rere pernah mengatakan kalau Carla
hanya tinggal di Jakarta sampai minggu depan. Selanjutnya dia akan pindah ke
New York bersama Andreas. Mereka berdua akan tinggal dengan orangtua Andreas di
sana. Dan rencananya setelah anak Carla lahir, Carla akan melanjutkan
sekolahnya lagi.
Di samping itu Rika juga teringat
perkataan Rere yang membuatnya mengerti kenapa dia bisa jadi seperti sekarang
ini. Ternyata orang tua Rere bercerai dan Rere ikut bersama ayahnya, sedangkan
Carla ikut ibunya. Ayah Rere diketahui memiliki kebiasaan buruk melakukan
kekerasan pada istrinya. Hal sepele kadang-kadang bisa jadi sangat rumit. Dan
dia melampiaskan itu pada ibu Rere.
Saat umur Rere menginjak 5 tahun,
ibunya kabur sambil membawa dirinya dan Carla. Tapi ayah Rere menemukan mereka
dan memberikan janji-janji manis sehingga mereka mau kembali bersama lagi.
Selalu seperti itu. Berkali-kali. Sampai akhirnya ibu Rere tak tahan lagi.
Akhirnya mereka bercerai saat Rere duduk di kelas 5 SD. Saat tahu dirinya akan
tinggal dengan ayahnya, Rere tak menolak. Baginya, selama dia masih berhubungan
dengan ibu dan adiknya, dia bisa bernafas lega.
"Waktu habis. Bapak akan
mengambil kertas ujian kalian."
Pengawas yang mengatakan itu lalu
berdiri dari tempat duduknya dan berkeliling mengambil kertas ujian di kelas
itu. Kim bersenandung dengan gembira karena hasil kerja kerasnya tidak sia-sia.
Sedangkan Ocha meskipun tak bisa mengerjakan dengan baik, tapi contekkan dari
Rachel sangat membantunya.
***
Waktu berjalan begitu cepat. Kini
memasuki minggu pertama liburan. Selama liburan, Rika selalu mengisinya dengan
jalan bersama Rere. Sebenarnya tiga temannya penasaran ingin bertemu Rere, tapi
Rika terus menunda-nunda. Meskipun teman-teman Rika sudah mengetahui hal yang
sebenarnya, tapi Rika tetap saja takut kalau salah seorang diantara temannya
ada yang meledek hubungannya.
Seperti diketahui, hubungan Rika
yang sebenarnya terlarang ini sangat dirahasiakan. Oleh karena itu, Rika tak
ingin mengambil resiko dengan menggembar-gemborkan keberadaan pacarnya itu.
Semakin hari, keduanya semakin terbuka. Mereka saling bercerita tentang diri
mereka masing-masing. Tak ada lagi yang mereka sembunyikan.
Ya. Biarpun kisah cinta Rika di
jalur yang salah, tapi cinta tetaplah cinta. Mau sampai kapanpun cinta
dipermasalahkan, yang namanya cinta, apapun tak akan menjadi halangan.
(Klik
disini untuk part berikutnya)