Epilog
(Klik
disini untuk part sebelumnya)
Januari 2013
Udara sore hari di
kota Lembang memang sangat menyejukkan. Kini aku sedang berdiri di balkon villa
sambil melihat pemandangan terlukis indah dihadapanku. Pegunungan dan kabut
yang menyelimutinya, memberikan kesegaraan di kala penat. Aku kini sedang
berlibur bersama suamiku. Mungkin saat ini dia sedang memasakkan sesuatu
untukku. Aroma masakannya tercium sampai ke sini.
Tapi dia bilang hari
ini akan jadi hari yang spesial bagi kami. Sayangnya dia tidak mau mengatakan
apa-apa. Katanya ini kejutan, jadi cuma dia saja yang tahu. Oh iya, saat sedang
menyendiri begini, aku selalu teringat tentang kehidupanku sebelum-sebelumnya.
Tentang masa lalu dan segala kenanganku. Aku tak tahu bagaimana harus
mengatakannya. Sulit rasanya merelakan seluruh memori itu hilang. Meskipun
sangat menyakitkan.
Kehidupanku dipenuhi
oleh cinta kasih orang tua, kakak dan sahabat-sahabatku. Juga tak lupa ayah
kandungku. Hidup yang aku jalani di masa lalu adalah sebagai seorang lesbian.
Aku mencintai seseorang bernama Renata. Aku bahkan tak pernah melupakan
pertemuan pertama dengannya. Renata adalah cinta pertamaku, juga cinta pertama
kakakku David.
Hari demi hari
terlewati, bulan berganti bulan, tahun pun silih berganti. Makin menggoreskan
banyak warna dalam kanvas kehidupanku. Sejak ayahku meninggal karena sakit, aku
dan David tak pernah lepas dari bayang-bayangnya. Franz adalah ayah yang
terbaik yang pernah kumiliki. Aku harap dengan sangat agar dia dan almarhum
Mama bisa bertemu di Surga.
Kenangan yang tak
kulupakan juga berasal dari Daniel, ayah kandungku. Entah kenapa, aku tak
pernah bisa memanggilnya ayah. Dan kenyataannya memang aku tak akan pernah
memanggilnya 'Ayah'. Setelah belasan tahun pergi, Daniel kembali dalam sosok
yang tak pernah kuduga. Daniel telah merubah namanya menjadi Daniela dan sudah
sejak lama menjalani kehidupannya sebagai transgender.
Lalu tentang seseorang
yang selalu kutangisi, selalu kurindukan, selalu kupikirkan. Renata. Atas nyawa
yang dia korbankan untukku, aku tak akan melupakannya. Takkan sekalipun.
Bagaimanapun, aku masih mencintainya. Dan sampai saat ini, sampai detik ini aku
menangis pilu ketika mengingat dirinya, mengingat bagaimana rasa cintanya
padaku.
Para berandal yang
dulu memperkosaku dan yang membunuh Renata langsung diringkus saat itu juga.
Seandainya dulu David datang lebih awal, mungkin kenyataannya tak akan begini.
Aku tak akan hamil anak rival kakakku dan Renata mungkin sekarang masih hidup.
Tapi aku tak bisa menyalahkan David. Bagaimanapun dia telah bersusah payah
datang menolong kami.
Oh David. Aku juga
selalu sedih mengingat keadaan David yang memprihatinkan. Tapi setidaknya
kondisinya semakin membaik. Setiap hari psikiater selalu ada di sampingnya.
Daniela juga ikut menjaga David di rumah. Banyak kerabatku dan dia yang
bertanya-tanya tentang kabar David. David baik-baik saja. Hanya saja jiwanya
terganggu karena banyak hal. Aku tak mau mengatakan dia gila. Dia hanya terkena
guncangan mental yang sangat menghancurkannya. Ayahnya meninggal karena sakit,
aku hamil dan dia tak berhasil menyelamatkan nyawa Renata, cinta pertamanya.
Kini aku sadar kenapa
dulu Renata mengatakan agar aku mencari Nico. Nico dulu berbohong kalau dirinya
itu gay. Dia bercerita begitu agar bisa dekat denganku. Dan ternyata Nico
mencintaiku, meski aku hanya mencintai Renata. Tapi selama waktu berputar, aku
selalu belajar. Nico membantuku untuk mengenal arti keikhlasan.
Masa depanku kini
bersama Nico. Aku melahirkan putera pertamaku pada bulan Agustus dua tahun lalu.
Padahal bukan anak kandungnya, tapi Nico dengan tulus merawatnya. Saat ini,
sekarang ini, aku sedang bulan madu kedua bersama Nico. Kami tak lama di
Lembang. Daniela, puteraku dan David pasti sedang merindukan kami. Pada kanvas
terakhirku terlukiskan indahnya arti sebuah do'a dan keikhlasan. Biarlah semua
yang terjadi.
Hm... Aku sepertinya
melamun sangat lama. Sampai tak sadar kalau Nico sedang berdiri di belakangku.
Aku memergoki dia yang sudah ketahuan akan mengagetkanku.
"Huh.
Gagal ngagetin. Lo katanya mau makan. Udah jadi tuh."
Aku selalu tersenyum
dengan apa yang selalu Nico ucapkan. Dia tak pernah berubah. Tetap apa adanya,
tetap memanggilku dengan sebutan 'gue-lo', dia tetap menjadi dirinya sendiri.
Dan inilah saat
terakhir yang aku lakukan padanya. Aku menciumnya, tepat di bibirnya yang
berkumis tipis. Lalu kami berciuman. Tapi... Ooooopssss... Kejutan datang
mengagetkan kami.
"HUAAAAAAH!!!
Porno aksi!!!" Ocha dan Kimberly tiba-tiba datang dari balik pintu.
Disusul oleh Rachel dan... Carla?
"Kejutaaaaaaan!!!"
seru Carla yang menggandeng jagoan kecilnya.
Rachel yang baru
terlihat langsung memelukku dengan erat. Disusul oleh Ocha dan Kim. Lalu Carla
menitipkan si kecil ke Nico dan ikut berpelukan.
Kami
berlima saling melepaskan kerinduan. Lalu satu orang lagi muncul belakangan.
"Yang cowok-cowok nggak boleh ikutan peluk-pelukan?" Andreas datang
menyelonong masuk tanpa melepas sepatunya yang kotor.
Anak
Carla langsung berseru. "Papa jorok!!"
Aku tertawa dalam
hati. Hari ini terasa lengkap. Semua ada di sini. Aku harap David segera sembuh
dan kumpul-kumpul seperti sekarang ini. Lalu Renata? Meski terbagi, cintaku
masih tetap tersimpan untukmu.