14
He Was Back
(Klik
disini untuk part sebelumnya)
Seperti
yang David ketahui selama ini, Kanker bukanlah penyakit yang main-main. Apalagi
kanker itu bersarang di otak Franz. Belum lagi dengan kenyataan yang menegaskan
kalau kankernya sudah stadium 3. Untuk kanker stadium lanjut tidak dapat
disembuhkan secara total. Tapi masih banyak hal yang dapat dilakukan. Antara
lain menghindari penyebaran sel kanker, mengurangi rasa sakit serta memperpanjang
umur hidupnya.
Tak
hanya David. Rika juga sangat terpukul. Seharusnya dia lebih memperhatikan
Franz ketimbang pacar dan teman-temannya. Kini Rika berjanji akan selalu berada
di rumah, menemani sang ayah atau menemaninya ke rumah sakit. Saat ini Franz
disarankan untuk melanjutkan pengobatan di Singapura. Sebenarnya Franz sudah
merencanakannya sejak lama. Awalnya dia ingin membohongi anak-anaknya dengan
mengatakan kalau kepergiannya adalah tugas. Tapi kini kenyataannya telah
terungkap. David hanya ingin Franz mendapatkan pelayanan dan hasil yang
terbaik. Dia bahkan dengan tulus ingin menemani ayahnya ke Singapura. Tapi Franz
melarangnya dengan keras.
Kebenaran
yang sebenarnya adalah Franz sudah tahu kalau umurnya tak akan bertahan lama.
Oleh karena itu, dia sangat bekerja keras agar mendapatkan penghasilan yang
lebih banyak. Dia hanya tak ingin pergi meninggalkan dua anaknya hidup tanpa
ada lagi yang membiayai. Juga untuk membayar biaya kuliah kedokteran David yang
sangat mahal. Franz hanya takut jika dia meninggal sekarang, tabungannya tak
cukup untuk membiayai David kuliah sampai dia lulus.
Dan
pada akhir Juli, Franz berangkat menuju negara tetangga. David dan Rika tak
ikut bersamanya. Mereka memberikan kepercayaan itu pada sahabat ayahnya, Om
Ari. Om Ari berjanji akan menjaga Franz dengan baik di sana. Di bandara,
sebelum berpisah Rika memeluk ayahnya lama sekali. Bahkan sampai berebutan
dengan kakaknya. Franz terlihat bahagia melihat anak-anaknya. Franz berharap
anak-anaknya bisa menjaga diri mereka dengan baik selama dirinya menjalani
pengobatan di Singapura.
"Semoga
Papa cepet sembuh." Ucap Rika saat memeluk Franz. "Aku sama David
pasti jenguk Papa nanti kalo libur."
"Papa
tunggu, ya." Ucap Franz sambil mengacak-acak rambut Rika. Lalu kini dia
berdiri tegap dihadapan puteranya. Dia menepuk bahu David. "Jaga adik
kamu. Papa berangkat dulu."
"Siap,
Bos!"
***
"Kak,
Papa pasti sembuh kan?" Tanya Rika ketika sudah sampai di rumah.
"Pasti."
Tidak. David berbohong pada Rika. Dia tak bisa berkata yang sebenarnya.
Kepergian Franz bukan untuk penyembuhan. Tapi melakukan sesuatu agar hidupnya
bisa bertahan lebih lama.
"Kamu
mau makan apa?"
"Hmmm.
Apa ya?" Rika lalu menimbang-nimbang. Jujur, dia seharusnya membeli bahan
makanan hari ini. Tapi dia lupa tadi tidak sekalian berbelanja. "Seinget
aku kan nggak ada apa-apa di kulkas."
"Kita
masak yang ada aja, deh, ya?"
"Oke."
***
Rumah
Rika terasa sangat sepi sekarang ini. Meskipun sebelum-sebelumnya sudah sangat
sepi, tapi kali ini terasa sekali sepinya. Sejak kepergian Franz ke Singapura,
Rika jadi jarang keluar rumah. Kalau ingin pacaran, Rere lah yang datang ke
rumahnya atau kadang menunggu Rere main ke sekolah dan makan bersama di kantin
sekolah.
Sejak
keberangkatan Franz juga, David dengan sengaja mematikan koneksi Wi-fi di
rumahnya. David melakukan itu untuk mencegah Rika mencari tahu segala sesuatu
yang berhubungan dengan Kanker. Rika memang tak bertanya apa-apa karena dia
hanya percaya dengan kata-kata Franz bahwa ayahnya akan segera sembuh. Saat
ini, malam minggu yang entah keberapa kalinya Rere main ke rumah. Kali ini Rere
tak datang sendiri. Dia membawa pasukannya. Ada Ocha, Kim dan Rachel. Seperti
biasanya, dalam keadaan yang bagaimanapun, kalau mereka semua sudah bertemu
pasti sangatlah berisik. Lebih-lebih dari pasar.
Malam
ini Rere terlihat segar dan auranya terasa berbeda. Sejuk sekali kalau
berdekatan dengannya. Rere selalu begini kalau habis keramas. Rasa segar dan
dingin akan bertahan lama di tubuhnya. Saat sedang ramai-ramai bergosip, David
pamit pergi keluar. Terlihat seberkas rasa takut dari wajahnya.
"Mau
kemana?" Tanya Rika ketika David dengan kasar mengambil sepatu di rak
sepatu yang tak jauh dari mereka duduk.
Setelah
menghela nafas panjang dia menjawab, "Ada urusan sebentar. Oh iya, Re.
Sini bentar gue mau ngomong." Kata David sambil menatap Rere.
"Kenapa?"
Rika
tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Tapi melihat wajah
Rere yang ikutan kaget, Rika jadi khawatir. Ada
apa lagi sekarang? Lalu David pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan rasa
heran pada Rika yang tak sempat menanyainya. Akhirnya dia berinisiatif bertanya
pada Rere.
"David
bilang apa sama kamu? Ada masalah?"
"Bukan
masalah besar, kok. Cuma ada keributan kecil di anggota geng motor kita."
Padahal
Rere bilang kalau cuma keributan kecil, tapi Rika tetaplah sangat khawatir dengan
kata-kata 'geng motor' itu.
Dia
hanya berharap David tak akan mendapatkan masalah.
***
Tiga
bulan telah berlalu, Rika mendapatkan kabar dari Om Ari kalau keadaan Franz
semakin membaik. Operasi sudah dijalani. Tinggal menunggu hasilnya dari dokter.
Tapi Om Ari masih belum bisa mengetahui kapan mereka bisa pulang ke Jakarta.
Sungguh, Rika ingin sekali menengok ke sana. Tapi dia sudah masuk dalam
minggu-minggu berat penuh tugas dan ulangan karena sedikit lagi akan melaksanakan
Ujian Nasional tahun depan.
Hingga
hari itupun tiba. Tanggal 19 Desember, Franz kembali ke Jakarta bersama Om Ari.
Sehari sebelum pulang, Franz mengatakan kalau dia akan memberikan kejutan untuk
Rika. Rika jadi tidak sabar. Dia membayangkan beragam jenis barang lucu akan
dibawakan Franz. Dan Doa Rikapun terkabul. Saat Franz keluar dari mobil, Franz
membawa boneka beruang super besar untuk Rika. Dia juga tak lupa membelikan
oleh-oleh untuk David. Tapi begitu David membuka kantung belanjanya, dia sadar.
"Pantes
aja berat. Isinya buku-buku tentang kedokteran." Kata David kecewa.
Padahal dia sedang ingin membaca komik baru.
Tapi
daripada itu semua, Rika dan David sangat gembira melihat Franz kembali.
Keadaannya pun terlihat sehat-sehat saja. Saat mereka bertiga saling
bercengkerama, Om Ari dan seorang wanita cantik nan anggun keluar dari dalam
mobil. "Ah, ini dia kejutan lain buat kamu Rika!" Seru Franz dengan
gembira. Franz memegang kedua pundak wanita yang keluar dari mobil dihadapan
Rika, Davi dan Om Ari. Rika langsung menatap Franz dengan bingung.
"Rika.
Ini Daniela Joanne. Dulu kita pernah tinggal sama-sama waktu kamu masih
bayi." Ucap wanita itu.
Rika
masih mencerna kata-kata Franz dan wanita asing ini. "Daniela
Joanne?" Mendengar dan menyebut nama itu Rika langsung teringat pada satu
nama yang tak asing dalam hidupnya. Daniela
Joanne? Daniel John? Astaga!
"Aaaaah!
Daniel????" David lebih dulu tersadar. David saja hampir pingsan saking
kagetnya, apalagi Rika. Tapi Rika yang sudah mengerti, langsung menangis dan
lari ke kamarnya.
Rika
hanya tak mau mengerti. Dia tak mau tahu. Tapi dia sudah tahu. Dia sudah
melihatnya. Dia sudah mengerti. Yang ada di hadapannya tadi adalah ayah
kandungnya yang telah lama menghilang. Yang bahkan tak sedikitpun Rika
mengingat pernah bertemu dengannya. Tapi dibalik rasa kebencian selama
bertahun-tahun karena mencampakkan dia dan ibunya, tersimpan rasa rindu bertemu
yang amat sangat. Tapi dia hanya tak menginginkan pertemuan yang seperti ini.
Dia tak ingin melihat Daniel yang seperti itu.
Tuhan. Katakan semua
ini hanya mimpi. Kumohon. Dia tak mungkin Daniel. Katakan kalau dia bukan
Daniel! Tuhan... Kenapa ayah kandungku berubah seperti itu? Kenapa Tuhan?
(Klik
disini untuk part berikutnya)